Sunday, December 12, 2010

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

سُوۡرَةُ النّحل
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَتَىٰٓ أَمۡرُ ٱللَّهِ فَلَا تَسۡتَعۡجِلُوهُ‌ۚ سُبۡحَـٰنَهُ ۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ (١)

1. telah hampir datangnya janji Yang telah ditetapkan oleh Allah, maka janganlah kamu minta disegerakan. Maha suci Allah dan Maha Tinggilah ia dari perbuatan syirik Yang mereka lakukan.

(QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda

mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dlkAhirkan, atau memetik

buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata

dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.

Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok,

mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya,

memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan

bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak

tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari

esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke

bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum

sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau

tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum

sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa

arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula,

kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan

masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam

kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak

dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu

jauh). Secara malar, tindakan itu pun tak masuk akal, kerana sama halnya

dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan

manusia di dunia ini justeru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan

tentang kelaparan, kemiskinan, wabab penyakit dan kejatuha ekonomi yang

khabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bahagian dari

kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah syaitan".

سُوۡرَةُ البَقَرَة

أَيَوَدُّ أَحَدُڪُمۡ أَن تَكُونَ لَهُ ۥ جَنَّةٌ۬ مِّن نَّخِيلٍ۬ وَأَعۡنَابٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ لَهُ ۥ فِيهَا مِن ڪُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ وَأَصَابَهُ ٱلۡكِبَرُ وَلَهُ ۥ ذُرِّيَّةٌ۬ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَآ إِعۡصَارٌ۬ فِيهِ نَارٌ۬ فَٱحۡتَرَقَتۡ‌ۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَڪُمُ ٱلۡأَيَـٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ (٢٦٦)

268. Syaitan itu menjanjikan (menakut-nakutkan) kamu Dengan kemiskinan dan kepapaan (jika kamu bersedekah atau menderma), dan ia menyuruh kamu melakukan perbuatan Yang keji (bersifat bakhil kedekut); sedang Allah menjanjikan kamu (dengan) keampunan daripadanya serta kelebihan kurniaNya. dan (ingatlah), Allah Maha Luas limpah rahmatNya, lagi sentiasa meliputi pengetahuanNya.

(QS. Al-Baqarah: 268)

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang

menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama

setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.

Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang

lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.

Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru

menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah

menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan

petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.

Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang

berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di

dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah anganangan

yang berlebihan.

0 comments:

Post a Comment